Sebut Lembaga Adat Seperti Preman dan Ormas, Fathir: Bupati Subang Dinilai Anak Mami

Sebut Lembaga Adat Seperti Preman dan Ormas, Fathir: Bupati Subang Dinilai Anak Mami



Likaliku.com – Kritik keras dilayangkan oleh tokoh muda adat Niskala Mulya Rahadian Fathir Rakean Galuh Pakuan, terhadap Bupati Subang Reynaldy Putra Andita Br. Kritik ini disampaikan sebagai refleksi atas dinamika pemerintahan yang dinilai sarat intervensi dan kehilangan arah kepemimpinan.


Dalam pernyataan terbuka yang disampaikan kepada media, Niskala menyuarakan kekhawatirannya atas arah kepemimpinan Subang saat ini. Menurutnya, ada indikasi kuat bahwa roda pemerintahan tak sepenuhnya digerakkan oleh sang Bupati, melainkan dibayangi oleh kekuatan keluarga—terutama sang ibu.


"Apa kabar, Pak Bupati Subang? Ini bukan sekadar sapaan, tapi pertanyaan mendalam tentang arah kepemimpinan Anda. Subang butuh pemimpin, bukan anak mami," ujar Niskala dalam pernyataan tertulisnya.


Niskala juga menyoroti kedekatan Bupati dengan mantan pejabat yang pernah tersandung kasus korupsi. Ia menilai, kemunculan sosok tersebut dalam berbagai acara pemerintahan mengirimkan pesan keliru kepada masyarakat—bahwa rekam jejak kelam seolah tak lagi menjadi masalah, selama memiliki kedekatan politik atau keluarga.


"Ini bukan hanya simbolik, tapi juga pesan moral yang keliru. Rakyat ingin pemimpin yang bersih dari bayang-bayang masa lalu, bukan justru membukakan pintu bagi mereka yang pernah mencederai kepercayaan publik," tegasnya.


Kritik paling tajam muncul saat Niskala menyinggung dugaan keterlibatan ibu sang Bupati dalam pengambilan kebijakan. Ia menyebut, istilah “anak mami” bukan sekadar ejekan, tapi cerminan lemahnya otonomi kepemimpinan.


"Lebih memprihatinkan lagi, rumor yang merebak di tengah masyarakat adalah kuatnya campur tangan sang ibu dalam urusan pemerintahan. Nama besar sang ibu memang tak terbantahkan di Subang, namun ketika pengaruh itu justru mereduksi independensi sang Bupati, rakyat pun patut gusar. Lemahnya kepemimpinan yang cenderung berlindung di balik sosok keluarga. Jangan sampai, keputusan strategis daerah justru lahir dari ruang makan keluarga, bukan dari ruang rapat pemerintahan." sindir Niskala.


Niskala juga menyesalkan sikap Bupati Subang yang tidak menghadiri acara yang digagas oleh Lembaga Adat. Padahal, acara tersebut dihadiri oleh puluhan investor asing dan menjadi momentum penting untuk mengangkat citra Subang di mata dunia.


Lebih jauh, Niskala mengungkap kabar tak sedap bahwa sang ibu Bupati sempat menyebut lembaga adat sebagai “ormas tak tahu malu” karena inisiatif tersebut.


"Ini bukan hanya pelecehan terhadap kami sebagai lembaga adat, tapi juga bentuk arogansi kuasa yang mengkerdilkan inisiatif masyarakat,” ujarnya.


Mengakhiri pernyataannya, Niskala menyerukan agar Bupati Reynaldy bangkit dan berdiri atas nama dirinya sendiri—bukan atas titipan keluarga atau warisan politik.


“Kang Bupati, kursi yang Anda duduki bukan warisan, melainkan amanah. Tunjukkan bahwa Anda bisa memimpin, bukan sekadar menjadi simbol,” pungkasnya.


Pernyataan ini menambah daftar panjang kritik terhadap kepemimpinan muda di daerah yang dinilai belum sepenuhnya matang menghadapi tantangan pemerintahan. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Bupati Subang atas pernyataan Niskala tersebut. 

Sumber : Wly

Editor/Penerbit : Redaksi 

0 Komentar